Saka Mese Maluku

Saka Mese Maluku

The South Moluccan Movement

Hari ini 11 Juni 2022, masyarakat Maluku Selatan di Belanda dan di tanah air kita memperingati bahwa 45 tahun yang lalu, enam pemuda Maluku Selatan tewas dalam penyerbuan kereta api di Punt. Eksekusi yang sia-sia dari pahlawan Maluku Selatan kami tidak mengalihkan perhatian kami dari tujuan kami yang  terutama. Perjuangan untuk Republik Maluku Selatan yang Merdeka dan Berdaulat terus berlanjut, meski bukan tugas yang mudah. Kelangsungan hidup sebagai rakyat di Maluku dan masyarakat kita di Belanda semakin terancam dan rakyat kita semakin tertindas. 

Keadaan di Maluku – Pengambilalihan paksa tanah atas tanah adat kami atau penggundulan hutan dan penebangan habis habitat dan kawasan pemukiman meninggalkan jejak yang merusak. Kekerasan dan intimidasi adalah aturan dan bukan pengecualian. Kebijakan penjajah Jawa dari Jakarta juga mencoba untuk menghancurkan identitas Maluku kita dalam budaya dan tradisi. Kebebasan berekspresi masih dipertanyakan hari ini. Memiliki bendera, lambang, dan/atau tulisan RMS merupakan ancaman bagi pemerintah Indonesia yang hingga saat ini masih dipidana. Negeri menjadi DESA dan bapa raja atau Upu Latu menjadi Kepala Desa (Kades) Jawa. Sistem pemerintahan tradisional kita disingkirkan dengan menggunakan sistem pemerintahan tradisional di Jawa. Ini membuat seluruh Indonesia secara halus menjadi Jawa. Juga kami  di Maluku. 

Keadaan di Belanda – Di Belanda, ada kecenderungan untuk secara bertahap dan secara halus mengintegrasikan masyarakat Maluku di Belanda dengan masyarakat orang Indo melalui berbagai inisiatif. Dengan cara ini sejarah kedatangan kita sendiri akan hilang dan identitas kita sendiri sebagai masyarakat Maluku. Lihat di: Museum ditempatkan dalam Indisch Huis (rumah orang-orang Indo), Omroep Bersama, Pasar Malam Maluku dengan sebagian besar atau hanya musisi Indonesia dan Indo, Jaringan Kepolisian Indo-Maluku, banyak orang Indo yang berpikir mereka harus tiba-tiba berkomentar di halaman facebook Maluku di Peringatan dan Pameran Keliling; komentar yang akhirnya mendukung pemerintah Belanda dan Indonesia. 

Pemerintah Belanda yang – bekerja sama erat dengan pemerintah Indonesia (lihat dokumen yang diterbitkan Undang-Undang Informasi Pemerintah) – ingin memalsukan dan melemahkan sejarah kedatangan kami dengan bantuan beberapa anal-anak Maluku. 

Perjuangan RMS adalah tentang kemerdekaan dan kedaulatan serta keinginan yang mendalam dan beralasan bahwa orang Maluku Selatan dapat hidup dalam damai dan kebebasan dan diizinkan untuk memutuskan dalam kebebasan tentang kesejahteraan, kemakmuran dan kelangsungan hidup mereka sendiri. Perjuangan kami didasarkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri: hak atas memiliki identitas diri sendiri! Maluku Selatan adalah negara bagi orang Maluku Selatan tanpa memandang agama, desa, pulau atau orientasi gender.

Peringatan itu penting, tetapi pada saat yang sama peringatan tidak ada artinya jika tetap seperti itu saja. Peringatan harus mengarah pada: melihat tanggung jawab diri sendiri. Memutuskan apa kontribusi sendiri nantinya. Berikan sumbangsihmu dengan penuh komitmen baru, penuh semangat dan ber-api-api…supaya pengorbanan para pahlawan kita yang gugur tidak sia-sia! 

Saka Mese Maluku menegaskan imbauan dari Panwaslu pada 11 Juni lalu. Jangan berdiam diri dan mencari cara untuk memperjuangkan kebebasan negara dan rakyat. Sebagai Anak-anak Bangsa Maluku, kita semua memiliki Kewajiban Nasional terhadap bangsa dan tanah air kita yang berada dalam keadaan darurat!

Biarlah Peringatan Aksi de Punt ke-45 ini tidak berhenti di tahun yang akan datang, tetapi dalam komitmen yang diperbarui untuk perjuangan kita. Masing-masing dengan caranya sendiri, masing-masing berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri, masing-masing berdasarkan kemungkinannya sendiri. Semua dibawah satu komando: Pemerintah RMS. Dengan hanya satu tujuan: Maluku Harus Merdeka! 

Selama Pemuda-Pemudi Maluku masih bernafas, RMS TETAP HIDUP!!! 

Mena!!!